Jika kita bertanya tentang apakah sistem cerdas itu, sebenarnya
secara simpel dapat terwakili dengan pertanyaan : ”Bagaimana cara kerja
otak manusia?”. Berbicara tentang cara kerja manusia, kita harus
menyadari kelebihan yang dimiliki manusia dibandingkan mahlik Tuhan yang
lain. Manusia yang dianugrahi akal dan pikiran selalu mencoba
memberikan inovasi terbaru dalam mengaplikasikan pemikiran-pemikirannya
menjadi suatu karya nyata. Dan seiring juga dengan berkembangnya
teknologi, manusia juga mulai mereplikakan pemikiran-pemikirannya
tersebut ke dalam suatu sistem cerdas buatan. Sistem cerdas menerapkan
metode dan teknik kecerdasan buatan dengan memberikan gambaran bagaimana
kita membuat sistem yang seakan-akan sistem yg kita buat dapat berpikir
seperti manusia, berpikir rasional, berperilaku seperti manusia, dan
berperilaku rasional. Sistem cerdas buatan itu juga membuat program yang
dapat berinteraksi dengan manusia, atau membangun kecerdasan suatu
program pada sebuah mesin agar dapat berinteraksi dengan manusia.
Intinya sistem ini dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi
dan cara kerja seperti halnya otak manusia. Lalu pertanyaan berikutnya,
sebenarnya cara kerja otak manusia yang seperti apakah yang dimaksudkan
itu?
Cara kerja otak manusia sebenarnya sangat berkaitan dengan cara kerja
sel saraf otak manusia. Dalam pengaplikasiannya ke dalam mesin yang
akan diberi kecerdasan buatan, dibutuhkan suatu perumusan model
matematis. Model persamaan matematis tersebut dituliskan pada
program-program seperti Visual Basic, Delphi, dan Matlab. Sistem
pemodelan matematis ini sering disebut dengan Artificial Neural Network. Lebih jauh Artificial Neural Network atau Jaringan Saraf Tiruan (JST) adalah
jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan
berdasarkan jaringan saraf manusia. JST merupakan sistem adaptif yang
dapat mengubah strukturnya untuk memecahkan masalah berdasarkan
informasi eksternal maupun internal yang mengalir melalui jaringan
tersebut (id.wikipedia.org).
Berkaitan dengan cara kerja otak tersebut, ada beberapa sifat dasar
yang menyebabkan sistem cerdas dikatakan memiliki kemiripan dengan kerja
manusia, yaitu bagaimanakah manusia berpikir dan bertindak seperti
manusia? Bagaimana suatu sistem cerdas buatan tersebut dapat mempelajari
dan mengidentifikasi keadaan di sekitarnya? Sistem ini harus memiliki
proses nalar dan logika yang benar dan menyimpulkan data yang diperoleh
dari hasil identifikasi. Setelah itu bagaimanakah sistem cerdas buatan
itu dapat mengolah dan mengambil keputusan tanpa diperintah untuk
menanggapi setelah mengenali fenomena yang terjadi di sekitarnya. Hal
demikianlah yang disebut dengan Artificial Intelligence(AI).
Dalam sistem cerdas kita harus menghindari sistem konvensional yang
hanya mengenal logika “1” dan “0” atau “ya” dan “tidak” saja. Lebih dari
itu untuk menjadikan sistem cerdas semakin mirip dengan sistem yang
bekerja pada tubuh manusia, dibutuhkan suatu perasaan seperti manusia
yang memiliki toleransi antara “ya” dan “tidak”. Untuk itu dibutuhkan Fuzzy Logic atau
logika fuzzy dan sering juga disebut konsep perasa atau logika samar.
Fuzzy Logic merupakan kecerdasan buatan yang pertama kali dipublikasikan
oleh Prof.Dr. Lotfi Zadeh yang berasal dari Pakistan. Logika ini
berhubungan dengan nilai yang samar, maksudnya sebuah nilai tidak hanya
dapat bernilai “ya” atau “tidak”, tetapi dapat bernilai benar dan salah
secara bersamaan. Sebagai contoh ada robot yang diberikan halangan di
depannya hanya diberikan peringatan “awas”, maka robot tersebut dengan
sendirinya dapat memutuskan untuk menghindar. Dan kata “awas” pun akan
menyebabkan posisi menghindar yang berbeda-beda tergantung intensitas
atau sampai sejauh manakah instruksi “awas” tersebut disampaikan. Pada
robot yang masih menggunakan sistem konvensional belum bisa
mengidentifikasi dan memutuskan sendiri untuk menghindar ketika
diberikan halangan yang sama di depannya.
Dimanakah penerapan Sistem Cerdas?
Sesuai yang dibahas sebelumnya, bahwa sistem cerdas menerapkan cara
berpikir dan bertindak manusia, maka sebenarnya contoh penerapannya juga
sudah banyak kita temui dalam kehidupan sehar-hari. Misalnya pada game DOTA, Pro Evolution Soccer, Angry Birds,
dll. Dalam games tersebut sebenarnya juga berlaku hukum-hukum
aksi-reaksi dan terjadi interaksi antar komponen yang terkait di dalam game tersebut layaknya di dunia nyata. Dalam game Angry Birds misalnya,
kita harus melontarkan burungnya dengan sudut yang tepat sehingga bisa
mengenai bagian tertentu dari tumpukan balok yang memungkinkan untuk
mengahancurkannya secara total.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar